Kamis, 26 Januari 2017

Makalah: Perencanaan Pendidikan Islam

LATAR BELAKANG
Perencanaan selalu terkait dengan masa depan, dan masa depan selalu tidak pasti, banyak faktor yang berubah dengan cepat. Tanpa perencanaan, sekolah atau lembaga pendidikan akan kehilangan kesempatan dan tidak dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan dicapai, dan bagaimana mencapainya. Hal tersebut pun tercantum dalam firman Allah dalam surat Al Hasyr ayat 18,
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Oleh karena itu, penting adanya perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan islam. Dengan perencanaan, pelaksanaan pendidikan islam akan terarah dan terfokus pada tujuan yang hendak dicapai.
Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep dasar perencanaan pendidikan Islam?
2.      Bagaimana makna pendidikan pada bulan ramadhan?
3.      Bagaimana perencanan pesantren ramadhan di di lembaga pendidikan?
Tujuan
1.      Mengetahui konsep dasar perencanaan pendidikan Islam.
2.      Memahami makna pendidikan pada bulan ramadhan.
3.      Mempelajari perencanan pesantren ramadhan di lembaga pendidikan.






1)      Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan Islam
a.      Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan secara matang dan cerdas tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.[1] Selain itu perencanaan juga berarti, suatu proses yang sistematis dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah- langkah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu.[2]
Dalam mewujudkan perencanaan yang baik haruslah memenuhi berbagai syarat, di antaranya adalah: terangnya tujuan, realisme dalam rangka potensi yang dan yang diharapkan, kesinambungan, keutuhan, wujudnya data- data dan statistik yang tepat dan  menyeluruh, fleksibilitas dan kesediaan berubah bila perlu dan kepatuhan yang menghendaki bahwa apabila rencana sudah dipersetujui maka ia sudah menjadi beban dan ikatan.[3]
Pokok-pokok pikiran dalam perencanaan ialah sebagai berikut, 1) Keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan sangat ditentukan oleh baik buruknya perencanaan; 2) perencanaan harus dapat memandang atau meramalkan kejadian- kejadian di masa yang akan datang, berdasarkan kenyataan objektif yang ada pada masa sekarang dan masa lalu; 3) perencanaan harus diarahkan pada tercapainya pada suatu tujuan sehingga bila terjadi suatu kegagalan dalam pelaksanaan, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kurang sempurnanya perencanaan; 4) perencanaan harus memikirkan anggaran, kebijakan, prosedur, metode, dan kriteria- kriteria untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[4]



b.      Kategori Perencanaan
Terdapat sejumlah kategori perencanaan (planning) yang perlu diketahui, di antaranya adalah sebagai berikut;
a)      Perencanaan fisik (physical planning), adalah perencanaan yang berhubungan dengan sifat-sifat serta peraturan material gedung dan alat- alat. Misalnya perencanaan gedung, laboratorium agama, alat peraga pembelajaran, dan sebagainya.
b)      Perencanaan fungsional (functional planning), adalah sebuah perencanaan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi atau tugas- tugas tertentu, misalnya planning pesantren Ramadhan, planning Hari Besar Islam.
c)      Perencanaan secara luas (comprehensive planning), adalah perencanaan semesta yaitu, suatu perencanaan yang mencakup kegiatan- kegiatan secara keseluruhan dari pada suatu usaha yang mencakup faktor- faktor intern dan ekstern.
d)     Perencanaan yang dikombinasikan (general combination planning), adalah perencanaan yang meliputi berbagai unsur- unsur dari perencanaan tersebut di atas yang digabungkan dan dikembangkan sedemikian rupa menjadi rupa menjadi satu pola yang lengkap dan sempurna.[5]
c.       Langkah-langkah menyusun Perencanaan Pengajaran Pendidikan Agama Islam
1)      Menetapkan Misi dan Tujuan
Dalam pendidikan misi dan tujuan pengajaran mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pengajaran, atau tujuan instruksional yang terdiri dari tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar).
2)      Diagnosis Hambatan dan Peluang
Diagnosis terhadap hambatan dan peluang merupakan bagian dari analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan singkatan dari “Strenghts” (kekuatan), “Weakness” (kelemahan), “Opportunities” (peluang), “Threats” (ancaman) terhadap lingkungan situasi dan kondisi yang dihadapi suatu lemabaga atau organisasi. Analisis SWOT didasarkan pasda suatu asumsi bahwa suatu program kegiatan yang efektif akan memberikan kemampuan untuk memaksimalkan peluang dan kekuatan yang dimiliki lembaga serta menimumkan kelemahan dan ancaman terhadap lembaga.
3)      Menilai kekuatan dan kelemahan
Kekuatan bertumpu pada sumber daya yang dimiliki baik sumber daya personal maupun daya material, maupun sumber daya keuangan. Sedangkan kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan- keterbatasan yang dimiliki lembaga yang berkaitan dengan dengan sumber daya manusia dengan kualitas dan kapabilitasnya, sumber daya material yang terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya, dan sumber daya keuangan yang terbatas, serta loyalitas pegawai yang masih minim.
4)      Mengembangkan Tindakan Alternatif
Setelah SWOT maka, kepala sekolah dan guru dalam membuat perencanaan pengajaran harus dapat memilih alternatif tindakan dan langkah-langkah yang terbaik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
5)      Mengembangkan rencana strategi
Dalam perencanaan pengajaran strategi yang dikembangkan adalah strategi pengajaran. Strategi pengajaran merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen dalam rangka mencapai tujuan belajar dan pengajaran yang telah ditetapkan.
6)      Membuat Model Pengembangan
Pengembangan rencana strategi pengajaran dilakukan dengan membuat model pengembangan sistem pengajaran yang meliputi perencanaan dan proses dalam pengajaran.
7)      Mengembangkan rencana operasional
Pengembangan rencana operasional dalam perencanaan pengajaran diawali dengan melakukan analisis materi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, analisis terhadap kalender pendidikan, pembuatan program tahunan, program semester, serta pembuatan silabus, dan sistem penilaian. [6]

d.      Macam-Macam Perencanaan Pengajaran
Perencanaan termasuk perencanaan pengajaran dapat dilihat dari beberapa segi:
1.      Berdasarkan jangka waktu, perencanaan pengajaran dibedakan menjadi:
a.       Perencanaan Jangka Panjang
Rencana jangka panjang adalah perencanaan yang meliputi kurun waktu 10, 20 atau 25 tahun. Perencanaan jangka panjang dapat memberi arah untuk memeberi perencanaan jangka menengah maupun jangka panjang.
b.      Perencanaan Jangka Menengah  
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dilaksanakan dalam kurun waktu antara 4-7 tahun.
c.       Perencanaan Jangka Pendek
Merupakan perencanaan dengan kurun waktu antara 1-3 tahun, dan merupakan penjabaran dari rencana jangka menengah.

2.      Berdasarkan luas jangkauannya perencanaan dibedakan menjadi:
a.       Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang bersifat menyeluruh (umum) dan bersifat nasional. Misalnya, kebijakan dari Kemenag di Indonesia apabila madrasah atau sekolah Ilmu Terpadu (IT), setiap siswa kelas V sudah diwahibkan hafal juz 30 pada Al- Qur’an.
b.      Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro merupakan perencanaan yang memiliki ruang lingkup terbatas, hanya untuk satu institusi. Perencanaan ini lebih rinci, konkrit dan operasional dengan memperhatikan karakteristik lembaga, namun tidak boleh betentangan dengan perencanaan makro atau nasional. Misalnya, peran sekolah dalam mengimplementasikan hafal juz 30, siswa diminta untuk menghafal satu ayat/ setiap hari.




3.      Perencanaan Dilihat dari Telaahnya, dibedakan menjadi,
a.       Perencanaan Strategis, merupakan rencana yang berkaitan dengan kegiatan menetapkan tujuan, pengalokasian sumber- sumber untuk mencapai tujuan.
b.      Perencanaan manajerial, merupakan perencanaan yang ditujukan untuk menggerakkan dan mengarahkan proses pelaksanaan agar efisien.
c.       Perencanaan operasional, merupakan rencana apa yang akan dikerjakan dalam tingkat pelaksanaan di lapangan. Perencanaan ini bersifat konkret dan spesifik serta berfungsi memberikan petunjuk teknis mengenai aturan, prosedur serta ketentuan- ketentuan lain yang telah ditetapkan.[7]
2) Makna Pendidikan pada Bulan Ramadhan
Ramadhan berasal dari kata ramidha yarmadhu ramdhan, artinya sangat panas. Ramadhan berarti bulan ramadhan atau bulan puasa. Dalam kehidupan keagamaan umat Islam, ramadhan adalah bulan khusus yang di dalamnya umat Islam diwajibkan berpuasa sebulan penuh (antara 29-30 hari). Dalam kalender hijriyah, bulan ramadhan ini berada di tengah-tengah antara bulan Sya’ban dan Syawwal. Setelah sebulan penuh berpuasa, lalu bersambung dengan idul fitri.
     Sekarang kita perlu menggali makna pendidikan, khususnya dari rangkaian amalan Ramadhan dengan  Idul Fitri. Di sini perlu digali fungsi-fungsi apa saja yang dipesankan atau direfleksikan Ramadhan dan Idul Fitri bagi umat Islam Indonesia. Kalau ditelaah secara cermat, setidaknya Ramadhan dan Idul Fitri itu mengandung berbagai makna pendidikan, antara lain:
Pertama, memberi semangat meningkatkan takwa kepada Allah SWT secara permanen-berkesinambungan. Takwa sebagai hasil dari puasa Ramadhan ini telah disinyalir Al-Quran dalam surat Al-Baqoroh: 183: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Penggalan kalimat “agar kamu bertakwa” (la’allakum tattakuun) menurut mufassir Ali al-Shabuni, dimaknai agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah, yang menjauhi larangan-larangan-Nya.
Disamping berusaha menjauhi larangan-larangan Allah tentu juga berusaha menjalankan perintah-perintahNya. Jadi takwa adalah menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi  larangan-laranganNya baik secara rahasia maupun terang-terangan (imtisal awamir Allah Azza wa Jalla wa ijtinabu nawaihi sirran wa’alaniyyah). Dengan menjalani takwa sebagai tujuan puasa Ramadhan ini, kehidupan kita menjadi sangat tertib. Manakala semua umat Islam di Indonesia ini benar-benar bertakwa, rasanya tidak perlu lagi adanya pemeriksa seperti KPK, polisi dan lain-lain. Umat Islam merasa selalu diawasi langsung oleh Allah sebagai pengawas jagat raya ini, pengawasnya para pengawas. Melalui takwa yang sebenarnya (haqqa tuqatihi), umat Islam hanya mau berperilaku yang menghasilkan manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Mereka bersikap antipati terhadap tindakan-tindakan yang merusak dan menimbulkan kerugian.
Kedua, memfasilitasi terbentuknya kesalehan individual dan kesalehan sosial sekaligus. Secara idealis kesalihan sosial terbangun setelah kesalehan individual. Jika kesalehan individual menghasilkan manfaat bagi diri sendiri, maka kesalehan sosial disamping dapat menimbulkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Maka kesalehan sosial lebih penting daripada kesalehan individual, tetapi kesalehan terwujud apabila telah memenuhi kesalehan individual. Hadits nabi yang menyatakan bahwa tafakkur sekali lebih utama  daripada shalat sunnah seribu kali di malam hari, baru dapat dipahami dalam konteks dua macam kesalehan ini. Tafakkur mengarah pada kesalehan sosial, sedang shalat sunnah mengarah pada keshalehan individual.
Pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri terdapat kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kesalehan individual dan kesalehan sosial secara bersamaan atau beriringan. Kegiatan puasa, shalat dan tarawih, membaca Al-Quran, dzikir, membaca takbir, tahlil, tahmid dan tasbih mengarah pada kesalehan individual. Sedangkan kegiatan zakat, infaq, sedekah dan silaturrahmi mengarah pada kesalehan sosial. Umat Islam dimotivasi harus melakukan shalat wajib dan puasa Ramadhan serta dianjurkan dengan sangat kuat untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah tersebut yang pada akhirnya menjadikan mereka sebagai orang-orang yang menyandang predikat saleh, baik secara individual maupun sosial.
Ketiga, adalah menambah ketebalan rasa syukur kepada Allah atass segala kenikmatan yang diberikan kepada kita. Pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan  dalam waktu sebulan penuh dapat mengingatkan kepada kita agar menghayati kehidupan orang-orang yang terlantar, orang-orang yang terkorbankan, orang-orang yang  tertindas, orang-orang yang kehilangan penanggung jawab ekonominya dan sebagainya. Mereka begitu kesulitan hanya sekedar mencari sesuap nasi yang akan dikonsumsi besok, sementara di hadapannya mereka menyaksikan banyak orang kaya raya yang hartanya melimpah ruah.
Islam memiliki perhatian yang sangat besar kepada orang-orang yang lemah ekonomi. Islam lalu membela orang yang kaya sebab orang kaya sebab orang kaya tersebut serba tercukupi, berlebihan dan telah mampu mandiri. Sedangkan orang-orang yang lemah tidak mampu berbuat produktif karena serba kekurangan. Islam mengakui hak individu masing-masing orang, tetapi mereka yang mampu dibebani kewajibkan menyisihkan sebagian hartanya untuk didistribusikan kepada orang-orang yang lemah itu. Banyak amalan dalam bulan Ramadhan yang berusaha meringankan beban-beban orang lemah, seperti amalan zakat, infaq dan sedekah. Pesan-pesan Ramadhan banyak yang berorientasi membantu orang-orang yang lemah tersebut.
Keempat, memberikan kesadaran adanya kesamaan dan derajat dan martabat manusia (egaliterisme). Ketika kita berpuasa, kita merasakan sama-sama lapar dan dahaga. Pada kondisi seperti ini tidak ada lagi pembedaan status sosial antara orang Islam yang kaya dengan yang miskin, dan antara bangsawan dengan rakyat jelata. Nilai-nilai Ramadhan memang berupaya menghapus status sosial seorang Muslim atas dasar kekayaan dan kebangsawanan. Satu-satunya status sosial Muslim yang dipertahankan oleh Ramadhan adalah status sosial berdasarkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sikap ini mengimplementasikan firman Allah: Sesungguhnya semulia-mulia manusia diantara kamu dihadapan Allah adalah orang yang paling takwa diantara kamu (QS. Al-Hujurat: 13).
Pelaksanaan ayat ini sebagian tercermin pada kegiatan bersama seperti shalat bersama, membaca al-Quran (tadarrus) bersama, makan sahur dan buka bersama. Pada kegiatan shalat misalnya, termasuk shalat tarawih, terlihat dengan jelas adanya kesamaan derajat itu sebagaimana bunyi pepatah: duduk sama rendah berdiri sama tinggi, kecuali imam. Pemimpin shalat ini memang harus dipilih yang paling alim, paling khusyuk, paling fasih bacaanya dan paling mampu meneladani. Kriteria ini terkait dengan ketakwaan, sama sekali bukan terkait dengan kekayaan maupun jabatan.[8]
3) Perencanaan Pesantren Ramadhan
Pesantren Ramadhan adalah wadah pendidikan keagamaan Islam yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, kerja sama terpadu Pemerintah kota, Kementerian Agama, Dinas pendidikan dan Dewan Mesjid Indonesia (DMI) serta pengurus masjid/musala. Pesantren Ramadhan sebagai salah satu wahana alternatif  kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka memantapkan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap  Allah  SWT  bagi siswa yang beragama Islam dengan pola tata cara kehidupan pesantren yang dilakukan di dalam lingkungan  masjid/ musala dalam waktu yang ditetapkan selama bulan Ramadhan.
         Pada awalnya, disebut Pesantren kilat (sanlat), yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada saat liburan sekolah, dengan waktu yang relatif singkat di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Pesantren Kilat adalah penting dan strategis agar peserta didik memahami, lebih menghayati, dan semakin banyak mengamalkan ajaran Islam yang mereka anut. Juga kelak mereka menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti yang diungkap oleh Presiden RI dalam sambutan pencanangan pekan nasional penyelenggaraan Pesantren Kilat tahun 1996 tanggal 14 Juni 1996 di Istana Negara. Karena tujuan pelaksanaan Pesantren Kilat (Sanlat) lebih diarahkan kepada aspek pengamalan, maka proses pembelajarannya lebih difokuskan kepada aspek afektif dan psikomotorik, dalam bentuk praktek dan latihan-latihan. Kegiatan pesantren Ramadhan dilakukan dengan menyesuaikan situasi, kondisi dan potensi yang ada. Pesantren Ramadhan dapat juga dilaksanakan secara berjenjang.
Kegiatan lbadah Ramadhan bagi peserta didik, diharapkan lebih memahami, menghayati dan semakin banyak mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam. Kegiatan ibadah Ramadhan juga menjadi wahana bagi pembinaan watak, moral dan mental spiritual siswa, yang dapat membantu mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah.
Dalam Sistem Pesantren Ramadhan, perencanaan merupakan hal terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan islam yang komprehensif. Langkah perencanaan perlu dipersiapkan dan diatur sedemikian rupa secara terprogram, teratur, terkoordinasi dan terpadu sehingga pesantren Ramadhan yang diselenggarakan bisa mencapai tujuan. Perencanaan pesantren ramadhan, seperti yang telah tertuang dalam pembahasan sebelumnya antara lain meliputi:
a.       Menetapkan misi dan tujuan
Agar pesantren ramadhan berjalan dengan baik, diperlukan misi dan tujuan Pesantren Ramadhan di masing-masing jenjang. Penyelenggaraan pesantren Ramadhan minimal meliputi beberapa proses, yaitu: perencanaa, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Misi dari pesantren ramadhan ini melalui kegiatan puasa, shalat dan tarawih, membaca Al-Quran, dzikir, membaca takbir, tahlil, tahmid dan tasbih mengarah pada kesalehan individual. Sedangkan kegiatan zakat, infaq, sedekah dan silaturrahmi mengarah pada kesalehan sosial hal terebut ditujukan agar peserta didik memahami, lebih menghayati, dan semakin banyak mengamalkan ajaran Islam.

b.      Diagnosis hambatan dan peluang
Sebagai penyelenggara pesantren ramadhan harus mampu memperkirakan faktor apa saja yang menghambat maupun yang menjadi peluang dalam pelaksanaan kegiatan pesantren ramadhan, misalnya, yang menghambant kegiatan pesantren ramadhan adalah ketersediaan tentor pesantren ramadhan. Sedangkan peluangnya, adalah pada bulan Ramadhan peserta didik memperoleh waktu yang lebih luas digunakan untuk beribadah.

c.       Menilai kekuatan dan kelemahan
Pesantren Ramadhan memiliki kekuatan dalam program-program yang ditawarkan untuk mengasah diri dan kemampuan untuk lebih tekun dalam beribadah. Sedangkan, kelemahan dari pesantren ramadhan ini terdapat pada kondisi peserta didik yang terkadang diluar dugaan.
d.      Mengembangkan tindakan alternatif
e.       Perencanaan pengajaran strategi
f.       Mengembangkan rencana strategi
g.      Mengembagkan rencana operasional

DAFTAR PUSTAKA
Langgulung, Hasan, Asas- asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988.
Qomal, Mujamil . Menggagas Pendidikan Islam, Bandung: Rosdakarya, 2014.
Supriyatno, Triy.Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Aditama, 2008.
Syah, Darwin .dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta:    Gaung Persada Press, 2007.




[1] Marno, M. Ag, dan Triyo Supriyatno, S. Pd, M. Ag, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 13.
[2] Drs. Darwin Syah, M.Pd, dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 30-31.
[3] Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas- asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988), hlm. 208.
[4] Marno, M. Ag, dan Triyo Supriyatno, S. Pd, M. Ag, Ibid, hlm. 14.
[5] Ibid, hlm. 15.
[6] Drs. Darwin Syah, M.Pd, dkk, Ibid, hlm. 34-37.
[7] Ibid,hlm. 37-39.
[8] Prof. Mujamil Qomal, . Menggagas Pendidikan Islam, ( Bandung: Rosdakarya, 2014) 193-194.

Makalah: TEORI-TEORI KEBIJAKAN PUBLIK: PROSES DAN PERUMUSAN

TEORI-TEORI KEBIJAKAN PUBLIK: PROSES DAN PERUMUSAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah   “Kebijakan dan Kepemimpinan ...