LATAR BELAKANG
Perencanaan selalu terkait dengan masa depan, dan masa depan selalu
tidak pasti, banyak faktor yang berubah dengan cepat. Tanpa perencanaan,
sekolah atau lembaga pendidikan akan kehilangan kesempatan dan tidak dapat
menjawab pertanyaan tentang apa yang akan dicapai, dan bagaimana mencapainya.
Hal tersebut pun tercantum dalam firman Allah dalam surat Al Hasyr ayat 18,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Oleh karena itu, penting adanya perencanaan dalam pelaksanaan pendidikan
islam. Dengan perencanaan, pelaksanaan pendidikan islam akan terarah dan
terfokus pada tujuan yang hendak dicapai.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana
konsep dasar perencanaan pendidikan Islam?
2.
Bagaimana
makna pendidikan pada bulan ramadhan?
3.
Bagaimana
perencanan pesantren ramadhan di di lembaga pendidikan?
Tujuan
1.
Mengetahui
konsep dasar perencanaan pendidikan Islam.
2.
Memahami
makna pendidikan pada bulan ramadhan.
3.
Mempelajari
perencanan pesantren ramadhan di lembaga pendidikan.
1) Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan Islam
a. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah penentuan secara matang dan cerdas
tentang apa yang akan dikerjakan di masa yang akan
datang dalam rangka mencapai tujuan.[1]
Selain itu perencanaan juga berarti, suatu proses yang sistematis dilakukan
oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar
serta mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-
langkah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu.[2]
Dalam mewujudkan perencanaan yang baik haruslah
memenuhi berbagai syarat, di antaranya adalah: terangnya tujuan, realisme dalam
rangka potensi yang dan yang diharapkan, kesinambungan, keutuhan, wujudnya
data- data dan statistik yang tepat dan
menyeluruh, fleksibilitas dan kesediaan berubah bila perlu dan kepatuhan
yang menghendaki bahwa apabila rencana sudah dipersetujui maka ia
sudah menjadi beban dan ikatan.[3]
Pokok-pokok pikiran dalam perencanaan ialah sebagai berikut, 1) Keberhasilan pelaksanaan suatu kegiatan sangat ditentukan oleh
baik buruknya perencanaan; 2) perencanaan harus dapat memandang atau meramalkan
kejadian- kejadian di masa yang akan datang, berdasarkan kenyataan objektif
yang ada pada masa sekarang dan masa lalu; 3) perencanaan harus diarahkan pada
tercapainya pada suatu tujuan sehingga bila terjadi suatu kegagalan dalam
pelaksanaan, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah kurang sempurnanya
perencanaan; 4) perencanaan harus memikirkan anggaran, kebijakan, prosedur,
metode, dan kriteria- kriteria untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[4]
b. Kategori Perencanaan
Terdapat sejumlah kategori perencanaan (planning) yang
perlu diketahui, di antaranya adalah sebagai berikut;
a) Perencanaan fisik (physical planning), adalah perencanaan yang
berhubungan dengan sifat-sifat serta peraturan material gedung dan alat- alat.
Misalnya perencanaan gedung,
laboratorium agama, alat peraga pembelajaran, dan sebagainya.
b) Perencanaan fungsional (functional planning), adalah sebuah
perencanaan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi atau tugas- tugas tertentu,
misalnya planning pesantren
Ramadhan, planning Hari Besar Islam.
c) Perencanaan secara luas (comprehensive planning), adalah
perencanaan semesta yaitu, suatu perencanaan yang mencakup kegiatan-
kegiatan secara keseluruhan dari pada suatu usaha yang mencakup faktor- faktor
intern dan ekstern.
d) Perencanaan yang dikombinasikan (general combination planning),
adalah perencanaan yang meliputi berbagai unsur- unsur dari perencanaan
tersebut di atas yang digabungkan dan dikembangkan sedemikian rupa menjadi rupa
menjadi satu pola yang lengkap dan sempurna.[5]
c. Langkah-langkah menyusun Perencanaan Pengajaran Pendidikan Agama Islam
1) Menetapkan Misi dan Tujuan
Dalam pendidikan misi dan tujuan pengajaran mengacu
kepada misi dan tujuan pendidikan mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, tujuan pengajaran, atau tujuan instruksional
yang terdiri dari tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus
(standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar).
2) Diagnosis Hambatan dan Peluang
Diagnosis terhadap hambatan dan peluang merupakan
bagian dari analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan singkatan dari “Strenghts”
(kekuatan), “Weakness” (kelemahan), “Opportunities” (peluang), “Threats”
(ancaman) terhadap lingkungan situasi dan kondisi yang dihadapi suatu lemabaga
atau organisasi. Analisis SWOT didasarkan pasda suatu asumsi bahwa suatu
program kegiatan yang efektif akan memberikan kemampuan untuk memaksimalkan
peluang dan kekuatan yang dimiliki lembaga serta menimumkan kelemahan dan
ancaman terhadap lembaga.
3) Menilai kekuatan dan kelemahan
Kekuatan bertumpu pada sumber daya yang dimiliki baik
sumber daya personal maupun daya material, maupun sumber daya keuangan.
Sedangkan kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan- keterbatasan yang
dimiliki lembaga yang berkaitan dengan dengan sumber daya manusia dengan
kualitas dan kapabilitasnya, sumber daya material yang terbatas baik kualitas
maupun kuantitasnya, dan sumber daya keuangan yang terbatas, serta loyalitas
pegawai yang masih minim.
4) Mengembangkan Tindakan Alternatif
Setelah SWOT maka, kepala sekolah dan guru dalam
membuat perencanaan pengajaran harus dapat memilih alternatif tindakan dan
langkah-langkah yang terbaik yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan.
5) Mengembangkan rencana strategi
Dalam perencanaan pengajaran strategi yang
dikembangkan adalah strategi pengajaran. Strategi pengajaran merupakan tindakan
guru dalam melaksanakan rencana pengajaran dengan menggunakan berbagai komponen
dalam rangka mencapai tujuan belajar dan pengajaran yang telah ditetapkan.
6) Membuat Model Pengembangan
Pengembangan rencana strategi pengajaran dilakukan dengan
membuat model pengembangan sistem pengajaran yang meliputi perencanaan dan
proses dalam pengajaran.
7) Mengembangkan rencana operasional
Pengembangan rencana operasional dalam perencanaan pengajaran diawali dengan melakukan analisis materi
pelajaran yang terdapat dalam kurikulum, analisis terhadap kalender pendidikan,
pembuatan program tahunan, program semester, serta pembuatan silabus, dan
sistem penilaian. [6]
d. Macam-Macam Perencanaan Pengajaran
Perencanaan termasuk perencanaan pengajaran dapat
dilihat dari beberapa segi:
1. Berdasarkan jangka waktu, perencanaan pengajaran dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Jangka Panjang
Rencana jangka panjang adalah perencanaan yang meliputi kurun waktu 10,
20 atau 25 tahun. Perencanaan jangka panjang dapat memberi arah untuk memeberi
perencanaan jangka menengah maupun jangka panjang.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dilaksanakan dalam
kurun waktu antara 4-7 tahun.
c. Perencanaan Jangka Pendek
Merupakan perencanaan dengan kurun waktu antara 1-3 tahun, dan merupakan
penjabaran dari rencana jangka menengah.
2. Berdasarkan luas jangkauannya perencanaan dibedakan menjadi:
a. Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan yang bersifat menyeluruh (umum) dan
bersifat nasional. Misalnya,
kebijakan dari Kemenag di Indonesia apabila madrasah atau sekolah Ilmu Terpadu
(IT), setiap siswa kelas V sudah diwahibkan hafal juz 30 pada Al- Qur’an.
b. Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro merupakan perencanaan yang memiliki
ruang lingkup terbatas, hanya untuk satu institusi. Perencanaan ini lebih
rinci, konkrit dan operasional dengan memperhatikan karakteristik lembaga,
namun tidak boleh betentangan dengan perencanaan makro atau nasional. Misalnya, peran sekolah dalam mengimplementasikan hafal juz 30,
siswa diminta untuk menghafal satu ayat/ setiap hari.
3. Perencanaan Dilihat dari Telaahnya, dibedakan menjadi,
a. Perencanaan Strategis, merupakan rencana yang berkaitan dengan kegiatan menetapkan tujuan, pengalokasian sumber- sumber untuk
mencapai tujuan.
b. Perencanaan manajerial, merupakan perencanaan yang ditujukan untuk
menggerakkan dan mengarahkan proses pelaksanaan agar efisien.
c. Perencanaan operasional, merupakan rencana apa yang akan dikerjakan
dalam tingkat pelaksanaan di lapangan. Perencanaan ini bersifat konkret dan spesifik
serta berfungsi memberikan petunjuk teknis mengenai aturan, prosedur serta
ketentuan- ketentuan lain yang telah ditetapkan.[7]
2) Makna Pendidikan pada Bulan Ramadhan
Ramadhan berasal dari kata ramidha yarmadhu ramdhan, artinya
sangat panas. Ramadhan berarti bulan ramadhan atau bulan puasa. Dalam kehidupan
keagamaan umat Islam, ramadhan adalah bulan khusus yang di dalamnya umat Islam
diwajibkan berpuasa sebulan penuh (antara 29-30 hari). Dalam kalender hijriyah,
bulan ramadhan ini berada di tengah-tengah antara bulan Sya’ban dan Syawwal.
Setelah sebulan penuh berpuasa, lalu bersambung dengan idul fitri.
Sekarang kita perlu menggali makna
pendidikan, khususnya dari rangkaian amalan Ramadhan dengan Idul Fitri. Di sini perlu digali
fungsi-fungsi apa saja yang dipesankan atau direfleksikan Ramadhan dan Idul
Fitri bagi umat Islam Indonesia. Kalau ditelaah secara cermat, setidaknya
Ramadhan dan Idul Fitri itu mengandung berbagai makna pendidikan, antara lain:
Pertama, memberi semangat meningkatkan takwa kepada Allah SWT
secara permanen-berkesinambungan. Takwa sebagai hasil dari puasa Ramadhan ini
telah disinyalir Al-Quran dalam surat Al-Baqoroh: 183: Wahai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. Penggalan kalimat “agar kamu
bertakwa” (la’allakum tattakuun) menurut mufassir Ali al-Shabuni,
dimaknai agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah, yang
menjauhi larangan-larangan-Nya.
Disamping berusaha menjauhi larangan-larangan Allah tentu juga
berusaha menjalankan perintah-perintahNya. Jadi takwa adalah menjalankan
perintah-perintah Allah dan menjauhi
larangan-laranganNya baik secara rahasia maupun terang-terangan (imtisal
awamir Allah Azza wa Jalla wa ijtinabu nawaihi sirran wa’alaniyyah). Dengan
menjalani takwa sebagai tujuan puasa Ramadhan ini, kehidupan kita menjadi
sangat tertib. Manakala semua umat Islam di Indonesia ini benar-benar bertakwa,
rasanya tidak perlu lagi adanya pemeriksa seperti KPK, polisi dan lain-lain.
Umat Islam merasa selalu diawasi langsung oleh Allah sebagai pengawas jagat
raya ini, pengawasnya para pengawas. Melalui takwa yang sebenarnya (haqqa
tuqatihi), umat Islam hanya mau berperilaku yang menghasilkan manfaat baik
bagi dirinya maupun orang lain. Mereka bersikap antipati terhadap
tindakan-tindakan yang merusak dan menimbulkan kerugian.
Kedua, memfasilitasi terbentuknya kesalehan individual dan
kesalehan sosial sekaligus. Secara idealis kesalihan sosial terbangun setelah
kesalehan individual. Jika kesalehan individual menghasilkan manfaat bagi diri
sendiri, maka kesalehan sosial disamping dapat menimbulkan manfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Maka kesalehan sosial lebih penting daripada kesalehan
individual, tetapi kesalehan terwujud apabila telah memenuhi kesalehan
individual. Hadits nabi yang menyatakan bahwa tafakkur sekali lebih
utama daripada shalat sunnah seribu kali
di malam hari, baru dapat dipahami dalam konteks dua macam kesalehan ini.
Tafakkur mengarah pada kesalehan sosial, sedang shalat sunnah mengarah pada
keshalehan individual.
Pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri terdapat kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada kesalehan individual dan kesalehan sosial secara bersamaan atau
beriringan. Kegiatan puasa, shalat dan tarawih, membaca Al-Quran, dzikir,
membaca takbir, tahlil, tahmid dan tasbih mengarah pada kesalehan individual.
Sedangkan kegiatan zakat, infaq, sedekah dan silaturrahmi mengarah pada
kesalehan sosial. Umat Islam dimotivasi harus melakukan shalat wajib dan puasa
Ramadhan serta dianjurkan dengan sangat kuat untuk melakukan ibadah-ibadah
sunnah tersebut yang pada akhirnya menjadikan mereka sebagai orang-orang yang
menyandang predikat saleh, baik secara individual maupun sosial.
Ketiga, adalah menambah ketebalan rasa syukur kepada Allah atass
segala kenikmatan yang diberikan kepada kita. Pelaksanaan ibadah puasa
Ramadhan dalam waktu sebulan penuh dapat
mengingatkan kepada kita agar menghayati kehidupan orang-orang yang terlantar,
orang-orang yang terkorbankan, orang-orang yang
tertindas, orang-orang yang kehilangan penanggung jawab ekonominya dan
sebagainya. Mereka begitu kesulitan hanya sekedar mencari sesuap nasi yang akan
dikonsumsi besok, sementara di hadapannya mereka menyaksikan banyak orang kaya
raya yang hartanya melimpah ruah.
Islam memiliki perhatian yang sangat besar kepada orang-orang yang
lemah ekonomi. Islam lalu membela orang yang kaya sebab orang kaya sebab orang
kaya tersebut serba tercukupi, berlebihan dan telah mampu mandiri. Sedangkan
orang-orang yang lemah tidak mampu berbuat produktif karena serba kekurangan.
Islam mengakui hak individu masing-masing orang, tetapi mereka yang mampu
dibebani kewajibkan menyisihkan sebagian hartanya untuk didistribusikan kepada
orang-orang yang lemah itu. Banyak amalan dalam bulan Ramadhan yang berusaha
meringankan beban-beban orang lemah, seperti amalan zakat, infaq dan sedekah.
Pesan-pesan Ramadhan banyak yang berorientasi membantu orang-orang yang lemah
tersebut.
Keempat, memberikan kesadaran adanya kesamaan dan derajat dan
martabat manusia (egaliterisme). Ketika kita berpuasa, kita merasakan sama-sama
lapar dan dahaga. Pada kondisi seperti ini tidak ada lagi pembedaan status
sosial antara orang Islam yang kaya dengan yang miskin, dan antara bangsawan
dengan rakyat jelata. Nilai-nilai Ramadhan memang berupaya menghapus status
sosial seorang Muslim atas dasar kekayaan dan kebangsawanan. Satu-satunya
status sosial Muslim yang dipertahankan oleh Ramadhan adalah status sosial
berdasarkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sikap ini mengimplementasikan firman
Allah: Sesungguhnya semulia-mulia manusia diantara kamu dihadapan Allah
adalah orang yang paling takwa diantara kamu (QS. Al-Hujurat: 13).
Pelaksanaan
ayat ini sebagian tercermin pada kegiatan bersama seperti shalat bersama,
membaca al-Quran (tadarrus) bersama, makan sahur dan buka bersama. Pada
kegiatan shalat misalnya, termasuk shalat tarawih, terlihat dengan jelas adanya
kesamaan derajat itu sebagaimana bunyi pepatah: duduk sama rendah berdiri sama
tinggi, kecuali imam. Pemimpin shalat ini memang harus dipilih yang paling
alim, paling khusyuk, paling fasih bacaanya dan paling mampu meneladani. Kriteria
ini terkait dengan ketakwaan, sama sekali bukan terkait dengan kekayaan maupun
jabatan.[8]
3) Perencanaan Pesantren Ramadhan
Pesantren
Ramadhan adalah wadah pendidikan keagamaan Islam yang dilaksanakan pada bulan
Ramadhan, kerja sama terpadu Pemerintah kota, Kementerian Agama, Dinas
pendidikan dan Dewan Mesjid Indonesia (DMI) serta pengurus masjid/musala.
Pesantren Ramadhan sebagai salah satu wahana alternatif kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka
memantapkan pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah
SWT bagi siswa yang beragama
Islam dengan pola tata cara kehidupan pesantren yang dilakukan di dalam
lingkungan masjid/ musala dalam waktu
yang ditetapkan selama bulan Ramadhan.
Pada awalnya,
disebut Pesantren kilat (sanlat), yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada saat
liburan sekolah, dengan waktu yang relatif singkat di bulan Ramadhan atau di
luar Ramadhan. Pesantren Kilat adalah penting dan strategis agar peserta didik
memahami, lebih menghayati, dan semakin banyak mengamalkan ajaran Islam yang
mereka anut. Juga kelak mereka menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Seperti yang diungkap oleh Presiden RI dalam sambutan
pencanangan pekan nasional penyelenggaraan Pesantren Kilat tahun 1996 tanggal
14 Juni 1996 di Istana Negara. Karena tujuan pelaksanaan Pesantren Kilat
(Sanlat) lebih diarahkan kepada aspek pengamalan, maka proses pembelajarannya
lebih difokuskan kepada aspek afektif dan psikomotorik, dalam bentuk praktek
dan latihan-latihan. Kegiatan pesantren Ramadhan dilakukan dengan menyesuaikan
situasi, kondisi dan potensi yang ada. Pesantren Ramadhan dapat juga
dilaksanakan secara berjenjang.
Kegiatan lbadah Ramadhan bagi peserta didik, diharapkan lebih
memahami, menghayati dan semakin banyak mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam.
Kegiatan ibadah Ramadhan juga menjadi wahana bagi pembinaan watak, moral dan
mental spiritual siswa, yang dapat membantu mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah.
Dalam
Sistem Pesantren Ramadhan, perencanaan merupakan hal terpenting dalam mencapai
tujuan pendidikan islam yang komprehensif. Langkah perencanaan perlu
dipersiapkan dan diatur sedemikian rupa secara terprogram, teratur,
terkoordinasi dan terpadu sehingga pesantren Ramadhan yang diselenggarakan bisa
mencapai tujuan. Perencanaan pesantren ramadhan, seperti yang telah tertuang
dalam pembahasan sebelumnya antara lain meliputi:
a.
Menetapkan misi dan tujuan
Agar pesantren ramadhan berjalan dengan baik, diperlukan misi dan
tujuan Pesantren Ramadhan di masing-masing jenjang. Penyelenggaraan pesantren
Ramadhan minimal meliputi beberapa proses, yaitu: perencanaa, pelaksanaan, dan tindak
lanjut. Misi dari pesantren ramadhan ini melalui kegiatan puasa, shalat dan
tarawih, membaca Al-Quran, dzikir, membaca takbir, tahlil, tahmid dan tasbih
mengarah pada kesalehan individual. Sedangkan kegiatan zakat, infaq, sedekah
dan silaturrahmi mengarah pada kesalehan sosial hal terebut ditujukan agar peserta
didik memahami, lebih menghayati, dan semakin banyak mengamalkan ajaran Islam.
b.
Diagnosis hambatan dan peluang
Sebagai penyelenggara
pesantren ramadhan harus mampu memperkirakan faktor apa saja yang menghambat
maupun yang menjadi peluang dalam pelaksanaan kegiatan pesantren ramadhan,
misalnya, yang menghambant kegiatan pesantren ramadhan adalah ketersediaan
tentor pesantren ramadhan. Sedangkan peluangnya, adalah pada bulan Ramadhan
peserta didik memperoleh waktu yang lebih luas digunakan untuk beribadah.
c.
Menilai kekuatan dan kelemahan
Pesantren
Ramadhan memiliki kekuatan dalam program-program yang ditawarkan untuk mengasah
diri dan kemampuan untuk lebih tekun dalam beribadah. Sedangkan, kelemahan dari
pesantren ramadhan ini terdapat pada kondisi peserta didik yang terkadang
diluar dugaan.
d.
Mengembangkan tindakan alternatif
e.
Perencanaan
pengajaran strategi
f.
Mengembangkan rencana strategi
g.
Mengembagkan rencana operasional
DAFTAR PUSTAKA
Langgulung, Hasan, Asas- asas Pendidikan Islam, (Jakarta:
Pustaka Al Husna, 1988.
Qomal, Mujamil . Menggagas Pendidikan Islam, Bandung:
Rosdakarya, 2014.
Supriyatno, Triy.Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Aditama, 2008.
Syah, Darwin .dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
[1] Marno, M. Ag, dan Triyo Supriyatno, S. Pd, M. Ag, Manajemen
dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm.
13.
[2] Drs. Darwin Syah, M.Pd, dkk, Perencanaan Sistem
Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),
hlm. 30-31.
[3] Prof. Dr. Hasan Langgulung, Asas- asas Pendidikan
Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1988), hlm. 208.
[6] Drs. Darwin Syah, M.Pd, dkk, Ibid,
hlm. 34-37.
[8] Prof. Mujamil
Qomal, . Menggagas Pendidikan Islam, ( Bandung: Rosdakarya, 2014) 193-194.